Mencetak uang dari hobi narsis di media sosial

Kehadiran kamera digital dan popularitas media sosial membuka peluang baru di bisnis mencetak foto. Pasar yang dituju adalah mereka yang kerap mengunggah foto ke akunnya di berbagai situs media sosial.

Ide yang mengawali jasa pencetakan foto di era modern ini terbilang sederhana. "Mengubah kebiasaan orang untuk mencetak foto secara offline ke online," tutur Kevin Osmond, pendiri sekaligus Chief Executive Officer Printerous.com. Situs yang berkantor di jalan Martimbang, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan itu merupakan salah satu pemain di jasa pencetakan foto online.

Di luar negeri, situs prinstagr.am bisa dibilang sebagai pionir usaha ini. Dari namanya, bisa ditebak situs media sosial yang menginspirasi kehadirannya. Ya, apalagi kalau bukan Instagram, situs media sosial yang menjadikan foto sebagai konten andalan. Instagram kini merupakan anak usaha dari raksasa media sosial, Facebook.

Skema usaha ini terbilang sederhana. Jadi, usaha ini menawarkan kemudahan bagi konsumennya, sebut saja si A, yang gemar foto-foto sekaligus mengunggahnya ke akunnya di situs media sosial. Nah, jika suatu waktu ingin mencetak foto-foto yang pernah ia upload, si A tinggal meminta bantuan penyedia jasa cetak online, seperti Printerous. Jadi, nilai jual layanan ini adalah membebaskan konsumen dari keribetan memindah-mindahkan file foto dan mengunjungi gerai cuci cetak foto. Si konsumen tinggal mengikuti tahapan mencetak yang ada di situs penyedia layanan cetak foto online.

Merujuk ke pertumbuhan pengguna situs media sosial, Kevin optimistis prospek usaha ini cerah, entah di sini maupun di luar negeri. Saat ini ada 300 juta foto yang diunggah ke Facebook dan ada 1 miliar foto yang tersimpan di Instagram. "Kami melihat fakta ini sebagai potensi pasar. Apalagi Indonesia terkenal sebagai negara sosial media," ujar Kevin.

Sejak berselancar di dunia maya 1,5 tahun lalu, bisnis Printerous lumayan basah. Printerous melayani antara 100 order hingga 150 order per bulan. "Keuntungan bersih berkisar 30% hingga 40%."jelas Kevin.

Dalam hitungan Kevin, situs yang namanya merupakan kombinasi dari print alias cetak dan terus menerus itu, akan balik modal dalam waktu dua tahun setelah berdiri.


Pasarnya sedunia

Tertarik dengan bisnis ini? Modal utama tentunya menciptakan aplikasi yang memungkinkan konsumen untuk mencetak fotonya secara mudah.

Di Printerous, langkah pertama untuk mencetak foto adalah si konsumen mengakses akun Instagram pribadinya. Setelah itu, konsumen dipersilahkan memilih desain cetak yang ia inginkan.  Pemesanan tuntas setelah ia membayar. Konsumen tinggal menanti foto tiba, maksimal tujuh hari kerja.

Mekanisme pemesanan cetak foto online di situs layanan serupa, ambil contoh prinstagr.am atau Pictalogi, tidak jauh berbeda dengan Printerous.

Kevin menyarankan usaha cetak foto online tidak membuka pemesanan dengan cara mengirimkan foto secara e-mail. Alasan dia, jika konsumen bisa mengirim foto via e-mail maka pebisnis cetak foto online akan kerepotan. Bisa jadi ia harus mempekerjakan banyak karyawan. Sebagai ilustrasi, saat ini Printerous mempekerjakan enam orang plus Kevin.

Aplikasi juga harus memungkinkan proses cetak online berjalan secara cepat. Menurut Kevin, proses pencetakan foto di Printerious hanya memakan waktu 10 menit. "Jika file foto dikirim via e-mail, waktu cetak bisa sehari," imbuh dia.

Jangan lupa menentukan pasar yang menjadi bidikan. Manfaatkan keunggulan internet yang memungkinkan pertemuan pembeli dan penjual, lintas kota, bahkan negara. Situs layanan cetak foto online yang ada saat ini rata-rata menerima order dari berbagai negara. Demikian juga Printerous.

Karena pengiriman termasuk bagian dari layanan, jangan lupa memilih mitra ekspedisi yang andal. Sebelum menjatuhkan pilihan, bandingkan dahulu tarif yang diajukan oleh berbagai perusahaan kurir. Sekadar perbandingan, Printerous kini berani membebaskan komponen ongkos kirim untuk pemesan yang berlokasi di Indonesia dan Singapura.

Negosiasi dengan perusahaan kurir tidak hanya mencakup tarif saja, tetapi juga standar kerja. Kalau perlu, siapkan kontrak yang menyatakan dengan jelas hak dan kewajiban Anda, serta mitra Anda, yang akan mengirimkan foto ke pelanggan.

Konsekuensi lain menyasar pelanggan dari luar negeri adalah merancang situs yang menggunakan bahasa Inggris, standar berkomunikasi di dunia saat ini. Tentu, lebih bagus lagi, kalau Anda bisa menampilkan situs dalam berbagai bahasa yang umum digunakan di dunia.

Printerous yang dipersiapkan selama tiga bulan oleh Kevin, kini menyasar 12 negara. Dua berada di Asia, yaitu Indonesia dan Singapura. Sepuluh lain yang adalah negara-negara Eropa Barat, seperti Inggris, Belanda, Spanyol, Jerman, dan Prancis. "Dalam waktu dekat, kami bermaksud meluaskan pasar di Asia Tenggara," tutur Kevin.

Untuk bersaing dengan pemain lain, ada baiknya menawarkan banyak media cetak. Printerous sendiri saat ini menawarkan beberapa pilihan media cetak, yaitu stiker, kain kanvas, album foto, hingga magnet yang lazim ditempel di kulkas. Kualitas dari media cetak juga bisa membedakan usaha Anda dengan pesaing.

Kebanyakan pengguna jasa cetak online, tentu menginginkan fotonya bisa awet selama mungkin. Karena itu, Anda sebaiknya tidak mengabaikan kualitas media cetak demi mengejar harga murah semata. Kevin mencontohkan media berkualitas yang ia gunakan seperti untuk stiker, ia pilih bahan yang bebas residu dan bisa dicuci serta bisa dipindahkan.  

Dua jenis konsumen lokal

Risiko dari bisnis baru adalah harus sabar menghadapi konsumen yang hijau. Jika ingin sukses di bisnis layanan cetak foto online, jangan malas melakukan edukasi konsumen.

Kevin Osmond, pendiri Printerous, menuturkan, proses edukasi itu terasa sangat penting jika permintaan datang dari orang sini. "Kalau calon konsumen di luar negeri, seperti Singapura, biasanya sudah mandiri," tutur Kevin. Maksud dia, si konsumen bakal berinisiatif mencari informasi tentang proses pemesanan. "Jadi pertanyaan apakah file bisa dikirim melalui e-mail, tidak lagi muncul," ujar Kevin

Dari pengalamannya menjalankan Printerous, pasar usaha cetak foto online di Indonesia terbagi dalam dua segmen konsumen. Pertama, segmen pengguna internet sehari-hari dan sudah terbiasa melakukan transaksi online. Kedua, konsumen yang masih awam dengan transaksi online, sehingga perlu mendapatkan edukasi tentang usaha cetak foto online. Untuk segmen terakhir, "Kami perlu menerangkan cara pesan dan cara pembayaran," jelas Kevin.       

Editor: Tri Adi

Comments