Masalah ini menjadi momok yang selalu menghantui masyarakat. Bagi mereka yang memiliki tingkat kemakmuran lebih, membeli bak air untuk menampung air bersih bukan hal yang mustahil. Namun, bagi para warga miskin, masalah air menjadi isu sehari-hari.
Mengetahui masalah ini, sejumlah peneliti dari University of California merintis sebuah proyek yang bertujuan memecahkan ketidakpastian pasokan air ini. Peneliti itu bekerjasama membantu warga untuk terhubung dengan pihak yang memiliki kewenangan dengan pengaturan air.
Nextdrop, startup milik mahasiswa S2 UC Berkeley Christopher Hyun, meneliti pola suplai air bersih di Bangalore selama musim panas lalu. Dengan mengetahui pola tadi, Hyun membuat sebuah sistem komunikasi yang mengandalkan teknologi seluler agar para pekerja yang bertanggung jawab atas pengaturan penyaluran air bersih di kota tersebut.
Hyun yang menjadi bagian dari jurusan pasca sarjana lintas jurusan di Berkeley kini bekerjasama mengatasi masalah pasokan air Bangalore ini.
Hyun mengatakan masalah serupa mungkin lebih jarang ditemui di negara maju. Semuanya lebih mudah. Namun kita tidak tahu bagaimana air bersih bisa sampai, katanya. "Saya memiliki passion untuk memudahkan orang menikmati air bersih."
Proyek penelitian ini bergantung pada penelitian Hyun yang mempelajari prilaku para pekerja yang membuka dan menutup katup pipa air bersih. Pekerjaan ini biasanya dipolitisir dan dipenuhi tekanan dari warga. Sistem Nextdrop bekerja dengan memastikan waktu para pekerja ini paling berpeluang untuk membagi informasi akurat mengenai jadwal pembagian pasokan air.
Proyek riset Bangalore yang baru ini juga akan mencakup penelitian mahasiswa doktoral ilmu politik yang ingin mempelajari efek-efek notifikasi Nextdrop pada konsumsi air bersih, tingkat pemasukan rumah tangga, tingkat stres dan perasaan warga terhadap kinerja pemerintah lokal. (Upi/ Akhlis)
Sumber: http://www.ciputraentrepreneurship.com/perusahaan/startup-nextdrop-bantu-warga-bangalore-tampung-air-bersih-di-waktu-yang-tepat
Comments
Post a Comment