Berkah sepatu bayi jelang Lebaran di Sukadamai

 

Berkah sepatu bayi jelang Lebaran di Sukadamai (2)

Menjadi perajin sepatu bayi bagi sebagian besar warga Desa Sukadamai, Bogor, adalah mata pencaharian utama. Sentra ini sudah lama berdiri, sejak tahun 1980-an. Para perajin mengatakan, menjelang Lebaran merupakan momen ketika permintaan membeludak. Biasanya mereka melakukan sistem setok untuk itu.  

Desa Sukadamai adalah salah satu daerah di Bogor yang terkenal sebagai daerah produksi sepatu bayi. Hampir seluruh warganya yang berjumlah lebih dari 100 orang berprofesi sebagai perajin sepatu. Usaha ini sudah berjalan di daerah ini sejak tahun 1980-an silam. Rumah warga pun banyak yang disulap menjadi pabrik sepatu rumahan.

Salah satu perajin sepatu bayi di tempat ini adalah Juardi. Dia bercerita, cara pembuatan sepatu dia dapatkan secara otodidak. Pria yang menyelesaikan masa sekolahnya di pesantren ini awalnya bercita-cita sebagai guru mengaji.

Namun, karena menjadi guru mengaji tak dapat dijadikan mata pencaharian, ia pun memutar otak untuk bisa mempunyai penghasilan sendiri. Ia pun akhirnya memutuskan untuk menjadi perajin sepatu. Butuh waktu satu tahun untuk belajar membuat sepatu.

Menurut Juardi, musim ramai usaha ini pada saat menjelang Lebaran. Meski demikian, karena keterbatasan SDM dan juga modal, maka kapasitas produksi sepatu bayi yang ia produksi sulit untuk ditingkatkan.

Sutinah, perajin sepatu bayi lainnya bilang, untuk  mengantisipasi permintaan yang tinggi jelang Lebaran, dia biasa membuat persediaan yang lebih banyak agar bisa memenuhi permintaan distributor di musim ramai.

Jika hari biasa, Sutinah memproduksi rata-rata sebanyak 100 lusin sepatu. Namun, menjelang lebaran, kapasitas produksinya meningkat menjadi 150 lusin. Sementara sepatu berbahan sol, di produksi sebanyak 30 hingga 40 kodi.

Jika Sutinah hanya memproduksi sepatu sendiri, Juardi selain memproduksi juga membeli pasokan sepatu dari rekanan. Maksudnya adalah perajin yang diberi modal langsung oleh Juardi untuk membantunya produksi. Nanti modal berupa uang akan mereka belikan bahan baku untuk produksi. Kecuali jika modal juga sedang seret, maka dia memberi bahan baku langsung kepada rekanan yang saat ini berjumlah lima orang.

Dalam seminggu, Juardi mampu menghasilkan 300 lusin atau sekitar 3.600 pasang sepatu. Ia bilang, proses pengerjaan sepatu bayi tidaklah lama. Sebab, proses pengerjaannya memakai sistem borongan. Umumnya, bahan berupa kain atau spon tipis yang sudah digambar polanya akan dipotong sekaligus. Sekali potong dapat menghasilkan 40 pasang sepatu.

Setelah proses pemotongan selesai, maka giliran tukang jahit yang akan menggunting dan menjahit pola-pola yang sudah digambar dalam bentuk setengah jadi. Hasil jahitan setengah jadi ini lalu akan diberikan kepada tukang bawah. Ini istilah yang digunakan bagi mereka yang bekerja membuat alas sepatu (laste) sambil duduk di lantai. Hal ini bertujuan agar sepatu agar dapat mengikuti kontur kaki. Tahap selanjutnya adalah sepatu menjalani proses finishing, yakni dengan pemasangan aksesori.      

(Bersambung)

 

Editor: Tri Adi.


Sumber: View article...

Comments