Desa Agromulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul terkenal dengan sebutan kampung jamu. Hampir semua ibu-ibu di kampung ini pandai membuat jamu. Para pengrajin jamu di kampung ini tergabung dalam beberapa kelompok usaha. Salah satunya adalah kelompok pembuat jamu godog yang bernama Wiji Temulawak. Meski Desa Agromulyo terkenal dengan penghasil jamu tradisional, namun desa ini tidak menyiapkan bahan bakunya sendiri. Saminah (65), Ketua Kelompok Jamu Godog Wiji Temulawak, mengatakan, pasokan bahan baku jamu dibeli dari Pasar Wilir, Wates, Kulon Progo, Yogyakarta. Bahan baku tersebut mereka beli masih dalam keadaan basah. Selanjutnya bahan baku dicuci sampai bersih, dipotong, dan dijemur selama dua sampai tiga hari. Setelah itu baru dijual dari rumah ke rumah atau dari pasar ke pasar. Kampung jamu ini semakin berkembang sejak PT Pertamina melakukan pembinaan, dengan memberikan sejumlah program bantuan sejak 2013 lalu. Di antaranya bantuan pengadaan peralatan, seperti penggunaan botol food grade yang higienis sebagai wadah kemasan. Sebelumnya, wadah jamu hanya menggunakan botol bekas air mineral. Lalu ada juga bantuan pengemasan dengan cup mika. Sebelumnya, hanya menggunakan plastik biasa. Selain peralatan, Pertamina juga memberikan bantuan jalur pemasaran. Berkat bantuan itu, kini pasar jamu produksi Wiji Temulawak semakin luas. "Biasanya hanya jual dari rumah ke rumah saja. Sekarang pemasaran bukan hanya di Bantul, tapi sudah ada pemesan dari Wonosari, Semanu, bahkan hingga Purworejo, Jawa Tengah, " kata Saminah. Kelompok Jamu Serbuk Jati Husada Mulya (JHM) juga mendapat bantuan peralatan produksi dan pendampingan pemasaran. Rukmini, Bendahara Kelompok JHM mengatakan, distribusi jamu produksi JHM kini dipasarkan juga di pusat oleh-oleh di Ambar Ketawang, Pasar Beringharjo, hingga Magelang, Jawa Tengah. Kemasannya dibuat semenarik mungkin agar tidak terlihat kuno dan cantik. "Kalau sudah masuk toko oleh-oleh harganya bisa melambung hingga Rp 20.000. Tapi itu tidak masalah, sebab mereka sudah beli putus, " kata Rukmini. Kelompok JHM memproduksi 12 varian jamu. Antara lain putri singset, kunyit sirih, jahe wangi, seucang bubuk, teh seucang, kunir asam, beras kencur, kencur suthi, hingga hahe merah. "Yang paling laris itu adalah jamu beras kencur dan teh seucang," ujar Rukmini. Bila sedang ramai menerima pesanan, JHM bisa memproduksi beras kencur hingga 5.000 bungkus per hari. Bila normal hanya memproduksi sekitar 3.000 bungkus per hari. Editor: Havid Vebri |
Sumber: View article...
Comments
Post a Comment