Damai nian produksi sepatu bayi di Bogor

 

Damai nian produksi sepatu bayi di Bogor (1)

Desa Sukadamai, Bogor, Jawa Barat, sohor sebagai sentra kerajinan sepatu khusus bayi. Sekitar 100 orang warga di desa ini memproduksi sepatu bayi di rumahnya. Dalam sepekan, perajin bisa memproduksi 300 lusin sepatu.

Sebagian dari Anda pasti sudah mengenal sentra industri sepatu di Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. Tapi tahukah Anda, di Bogor, Jawa Barat, ada sentra produksi sepatu khusus bayi? Ya, sentra sepatu bayi ini tepatnya berada di Desa Sukadamai, Jalan Cilubang, Kecamatan Dramaga, Bogor.

Lokasi persis sentra sepatu bayi di desa Sukadamai terletak sekitar 15 kilometer dari stasiun kereta Bogor. Jika menggunakan kendaraan pribadi, jarak tempuh ke desa ini hanya sekitar 45 menit dari stasiun tersebut.

Berbeda dengan kebanyakan sentra industri yang memajang produk di toko, para perajin sepatu bayi di Desa Sukadamai mengepul hasil produksinya di rumah masing-masing. Dus, desa ini nyaris tak terlihat sebagai sentra produksi sepatu.

Tapi, begitu tiba di desa ini, Anda bisa mendengar langsung deru suara mesin jahit yang saling bersahutan di setiap rumah warga. Suara mesin jahit itu menjadi pertanda para warga di desa Sukadamai tengah melakukan proses produksi sepatu.

Salah satu perajin sepatu bayi di desa Sukadamai, Bogor adalah Juardi. Ia telah menekuni bisnis ini sejak tahun 1993 atau saat dirinya masih menginjak usia 17 tahun. Ketika itu, Juardi masih membantu usaha pamannya. Setelah merasa mampu memproduksi sendiri, Juardi memutuskan untuk membuka usaha.  

Saat KONTAN menyambangi kediaman Juardi di desa Sukadamai pada pertengahan September ini, lembaran spon kuning terlihat berjejer rapi di halaman samping rumahnya.

Di pelataran depan rumah Juardi, tampak bangunan berukuran 5 meter (m) x 10 m yang berisi sejumlah mesin potong sepatu. "Hampir semua warga memanfaatkan rumah sendiri untuk tempat produksi sepatu," jelas Juardi.

Juardi menggunakan ruang tamu untuk memajang sampel sepatu dalam lemari kaca dan sekaligus menjadi ruang kerjanya. Pada ruang keluarga, terlihat tiga orang perempuan tengah mengukur lembaran spon warna-warni untuk dijadikan sebagai bahan dasar sepatu bayi.

Juardi mengklaim mampu memproduksi sepatu bayi hingga 300 lusin per pekan. Sepatu itu dibanderol Rp 250.000 per lusin. Dengan produksi sepatu sebanyak itu, Juardi bisa meraup omzet sekitar Rp 300 juta per bulan.

Perajin sepatu bayi lainnya di desa Sukadamai adalah Sutina. Ia telah menekuni usaha ini sejak tahun 2003 bersama sang suami. Sebelum membuka usaha sendiri, Sutina membantu orangtuanya yang juga memproduksi sepatu bayi di sentra ini.

Di rumahnya yang berukuran sekitar 10 m x 15 m, ada sekitar delapan mesin jahit yang digunakan untuk proses produksi bahan sepatu bayi.

Menurut Sutina, dalam sepekan, ia mampu memproduksi sekitar 100 lusin sepatu bayi. Hasil produksinya itu dijual ke distributor dengan harga Rp 250.000 per lusin. Dengan penjualan sebanyak itu, Sutina bisa meraup omzet Rp 100 juta per bulan.  

(bersambung)

Editor: Tri Adi.


Sumber: View article...

Comments