Jatuh bangun mencoba berbagai bidang usaha

 

Jatuh bangun mencoba berbagai bidang usaha (2)

Menjadi entrepreneur sukses rupanya tidak semudah membalikkan telapak tangan. Begitulah yang dirasakan Paksi Dewandaru. Laki-laki kelahiran Pamekasan, Madura ini mengaku jatuh bangun dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnisnya.

Sebelum terjun di bisnis kuliner, bapak dua anak ini lebih dulu membuka usaha advertising yang dinamai Kancil Desain bersama sang kakak. Sayangnya, usaha ini hanya mampu bertahan selama satu tahun. "Karena masih start up dan butuh banyak kerja keras untuk bersaing dan mengembangkannya, akhirnya orang-orang di dalamnya banyak yang keluar," jelasnya.

Meski bisnis perdananya gagal, laki-laki berkulit gelap ini tidak patah semangat. Dia lalu menjajal peruntungan di bisnis kuliner. Ia memilih bisnis ini karena saat membuka usaha advertising, Paksi bersama timnya banyak membuat desain produk kuliner.

Dari situ dia lalu tertarik terjun ke bisnis ini. Dalam waktu satu tahun, dia sudah mempunyai lima brand produk kuliner. Yakni, D'Mushroom, P'lekrez, Bebek Nyimut, Moster Jelly, dan Terang Bulan Manchester.

Pertama kali terjun ke bisnis ini, Paksi merambah bisnis bakso goreng dengan brand P'lekrez. Modal awal merintis usaha ini sebesar Rp 3 juta. Setelah sukses dengan bisnisnya ini, Paksi lalu memutuskan untuk membuka sebuah kafe yang diberi nama Monster Jelly Café.

Sayangnya, kafe yang menyasar konsumen kelas menengah bawah itu tidak bertahan lama. "Bisnis ini hanya bertahan setahun dengan rata-rata kerugian Rp 2 juta selama lima bulan," katanya. Monster Jelly Café menjual aneka makanan khas Bandung, seperti nasi goreng kornet dan lainnya yang belum banyak ditemukan di Surabaya.

Dari kegagalan usaha itu, laki-laki berbadan besar ini banyak mendapatkan pelajaran baru seputar bisnis kuliner. Menurutnya, kunci utama di bisnis ini bukan rasa dan tempat yang nyaman. "Tetapi juga promosi," ujarnya.

Dari situ, ia mulai fokus mempromosikan usahanya. Ia lalu memilih media digital, seperti website, jejaring sosial dan lainnya sebagai sarana promosi. Selain itu, Paksi juga rajin mengikuti pameran kuliner dan kemitraan yang diadakan di Surabaya maupun diluar kota. Alhasil, usahanya laris manis dan berhasil menggaet banyak mitra usaha.

Asal tahu saja, saat pertama merintis bisnis, Paksi hanya mengerjakan semuanya seorang diri. Kini, dia dibantu sekitar 20 pegawai. Bagi Paksi, karyawan merupakan aset berharga, sehingga dia tak segan melatih karyawannya agar semakin terampil.    

Editor: Havid Vebri


Sumber: View article...

Comments